"Aku,
penakut bermain angin,
belum coba buktikan ingin,
tak memaku sikap yakin,
tapi kerap hanya gumuli dingin."
- ujarku menatap hujan-
Dentang jantung,
tegaskan gemuruh hati.
Tak dusta kala lihat dua bola mata yang bening,
menusuk pelan dengan pisau tumpul,
menggiring logika jauh dari kata normal,
hingga paksaku menunggu bukaan pintu.
Tapi,
"aku penakut memasrah waktu,
duduk diam laun membatu,
tunggu disini bersama kalbu,
menanti ratu yang laun datang seiring waktu."
- ujar ku tanpa daya -
Mungkin,
memang belum terbukti dengan materi,
tapi dari sorot tajam mata bening mu ,
dari hindaran tatapmu ke mataku,
kau tahu.
Lalu,
Siapkah dikau?
Bila ku menggila di depan mu mengata kasih?
Mengucap cinta?
Siapkah dikau?
Tapi kujelaskan ke padamu
- semoga tersampaikan-
Aku bukan orang gila yang bermain cinta di tengah hujan,
aku bukan orang gila yang bermain cinta di tengah kalutmu,
aku bukan orang gila yang bermain cinta di titik jauhmu,
aku hanya orang gila yang mungkin menggilaimu hingga cinta pun jadi bumerang bagiku,
aku hanya pemain kata yang tak pandai mengungkapkan cinta secara gamblang di depan tatapmu,
Mungkin yang kurangkai ini kau anggap usang,
tapi ini tentang kata yang selalu tertelan saat menatapmu.
Lalu,
Aku harap kau siap,
jika untaian sampah ini,
ku utarakan di depan wajahmu,
di depan jantungmu,
suatu waktu.
"Aku,
bukan penakut pemasrah waktu!"
Minggu, 26 Februari 2012
Jangan Injak Kaki Saya
Perempuan
bermata bening,
berkulit kaca
masuk ke dalam ruang
naik ke lantai tiga
Laki laki
berwajah sedang,
bertubuh tegap, lajang
masuk ke dalam ruang
naik ke lantai dua
Anak kecil
berumur lima
bersama bunda
merengek pulang
bunda tak senang
masuk ke dalam ruang
naik ke lantai dua juga
Kakek nenek
separuh baya
tua tapi jiwa muda
masuk ke dalam ruang
bergandengan ke lantai tiga
Ruangan penuh
semua berpeluh
sang anak mengeluh
sang laki laki melenguh
keras.
Semua bingung
"ada apa?" Ujar penghuni ruang
Sang nenek tatap kakek,
sang bunda tatap anak
sang perempuan tatap sang laki laki
penuh tanya,
laki laki tatap balik bilang
"Sakit. Jangan injak kaki saya."
bermata bening,
berkulit kaca
masuk ke dalam ruang
naik ke lantai tiga
Laki laki
berwajah sedang,
bertubuh tegap, lajang
masuk ke dalam ruang
naik ke lantai dua
Anak kecil
berumur lima
bersama bunda
merengek pulang
bunda tak senang
masuk ke dalam ruang
naik ke lantai dua juga
Kakek nenek
separuh baya
tua tapi jiwa muda
masuk ke dalam ruang
bergandengan ke lantai tiga
Ruangan penuh
semua berpeluh
sang anak mengeluh
sang laki laki melenguh
keras.
Semua bingung
"ada apa?" Ujar penghuni ruang
Sang nenek tatap kakek,
sang bunda tatap anak
sang perempuan tatap sang laki laki
penuh tanya,
laki laki tatap balik bilang
"Sakit. Jangan injak kaki saya."
Jumat, 17 Februari 2012
Mata
Penipu ulung di tengah pelik
di tengah dugaan,
di kala gundahan,
Tertipu sering seorang cerdik,
termakan godaan,
terbunuh hasrat setan,
Seorang jelita cantik di ujung mata
mendekat berbau busuk, termakan dusta
pernah kau alami?
Seorang suci sebar agama,
di cium harta nikmat hingga rela diperkosa
pernah kau dengar?
Mata mungkin penyesat,
tapi penting jika kau kawinkan dengan hatimu,
Mata bilang,"cobaan"hati bilang"anugerah"
mata bilang,
"cacat"
hati bilang
" aku indah"
di tengah dugaan,
di kala gundahan,
Tertipu sering seorang cerdik,
termakan godaan,
terbunuh hasrat setan,
Seorang jelita cantik di ujung mata
mendekat berbau busuk, termakan dusta
pernah kau alami?
Seorang suci sebar agama,
di cium harta nikmat hingga rela diperkosa
pernah kau dengar?
Mata mungkin penyesat,
tapi penting jika kau kawinkan dengan hatimu,
Mata bilang,"cobaan"hati bilang"anugerah"
mata bilang,
"cacat"
hati bilang
" aku indah"
Mulai Lagi
Mulai Lagi.
Otak termakan mimpi,
Logika tak bernyali,
tak tersinkron,
berargumen dan kalah.
Kini tertaut fakta; TERBUKA.
Seorang kawan bijak. Utar;
" Mulai, Mulailah lagi."
Tapi aku masih bersiul,bosan bernyanyi.
Aku masih berjalan, malas berlari.
Tapi,
Hati masih bermimpi,
mata indah terbalut cinta di siang panas
yang laun buatku benci siul,
laun ku menyanyi dinda. Tanpa nada minor.
Kawini tarian tangan ku di pucuk gitar, engkau mainkan instrumen napas
Dinamis dengan arahan degup jantung
Mulai Lagi.
Khayalan setinggi Mahameru.
Sedalam Samudera biru.
Tanpa pikir deru.Tanpa hirau debu.
Mengatur tarian seorang geulis bernama cinta,
menari di hati hamba dan dinda,
"BAIKLAH",
Mulai lagi Aku.
Tak hirau pikir ulang.
Tak hirau malam menjelang.
Hati tak pernah usang
Otak termakan mimpi,
Logika tak bernyali,
tak tersinkron,
berargumen dan kalah.
Kini tertaut fakta; TERBUKA.
Seorang kawan bijak. Utar;
" Mulai, Mulailah lagi."
Tapi aku masih bersiul,bosan bernyanyi.
Aku masih berjalan, malas berlari.
Tapi,
Hati masih bermimpi,
mata indah terbalut cinta di siang panas
yang laun buatku benci siul,
laun ku menyanyi dinda. Tanpa nada minor.
Kawini tarian tangan ku di pucuk gitar, engkau mainkan instrumen napas
Dinamis dengan arahan degup jantung
Mulai Lagi.
Khayalan setinggi Mahameru.
Sedalam Samudera biru.
Tanpa pikir deru.Tanpa hirau debu.
Mengatur tarian seorang geulis bernama cinta,
menari di hati hamba dan dinda,
"BAIKLAH",
Mulai lagi Aku.
Tak hirau pikir ulang.
Tak hirau malam menjelang.
Hati tak pernah usang
Rabu, 15 Februari 2012
Status
Terpaku termakan waktu,
pandangi layar,
Hingga mata merah terbakar benar,
Hanya pikir satu tak termimpi,
ubahan konlusi pujaan hati.
pandangi layar,
Hingga mata merah terbakar benar,
Hanya pikir satu tak termimpi,
ubahan konlusi pujaan hati.
Langganan:
Postingan (Atom)