Kamis, 29 Desember 2011

Di Kota Ini Pria Itu Berjalan

seorang pria muda berjalan di lorong itu, berjalan pelan,
 tikus tikus jalanan bergelimpangan
"MATI"
mati seperti kota ini.
 lalat berterbangan mencari cari makan
kotor seperti jalan ini.

pria muda berjalan lagi, berjalan lebih cepat, di jalan ini
sesak dada terasa.
memang dia hirup udara mati, udara kesengsaraan, udara ketidak adilan.
sesak pun tak lagi dia runding
dia lari di jalan ini
lari lari dan lari

Pria muda itu pun hanya diam di jalan ini.
tengadah, berharap temu jalan keluar.
tapi mustahil.
surya pun tak menyinari.
dia pun bergumam;
"bajingan macam apa yang tega membuat tempat ini?"

gumam dia,
kemudian muncullah bajingan pertama
terlihat bijak.
Tapi bajingan memang,
di dalam bijak terdapat bau tak sedap menyelimuti nya
dia utarakan kata palsu!
kata palsu yang menutupi coreng moreng hatinya

pria muda itu pun pergi melengos
meninggalkan bajingan pertama itu.

jauh terasa dekat.
ujung jalan tak terlihat.
buyar buyar buyar
dalam buyar
bajingan kedua muncul, dekati Pria muda itu
tapi dia hanya bohong.
coba membawa bawa tuhan,
tapi namanya juga bajingan dia hanya cari muka.
sesat.
korbankan manusia untuk manusia,
sia sia

pria itu pun berlari lebih kencang.
sebelum ujung terlihat  bajingan bajingan itu pun datang membawa bajingan ber senjata.
menyeret beberapa tikus keluar dari kandangnya.
merusak kandang itu.
untuk gudang uang bagi bajingan bajingan itu.
mereka bedebah bajingan ! gumam pria muda itu.

para bajingan itu tega memang,
tapi para tikus pantas dapatkan itu.
logika bepikir, tikus itu juga bajingan
dialah yang membuat kota ini mati, dan kotor

Tapi,

para bajingan bersenjata sepertinya belum berkaca,
harusnya mereka tangkap diri mreka sendiri.
hakikat berkata mereka juga salah.

tapi tak ada yang punya kejantanan
untuk menyeret mereka.
karena Pria muda itu merasa bahwa dia juga bajingan.
Bajingan karena tega tinggalkan Kota ini. jalan ini.

akhirnya yang dia sebut bajingan pun melumer dan menjalar ke pangkal hidup nya
dia menjadi para tikus kotor itu.
Pria muda itu pun menangis mendengar kata hatinya yang mengaku.
akhirnya dia berlari menerjang bajingan bersenjata itu.

coba menolong mereka
mereka?
padahal mereka berdosa.
berdosa memang, tapi mereka sama.
kita semua memang bajingan.
tidak ada yang tidak.
walau bawa bawa nama baik dan jujur pasti ada kebusukkan.

walau hati pria muda masih beradu
pria itu tetap terjang mereka.

ambruk...
jatuh tak berdaya.
tubuh sudah memerah,
napas sudah terengah,
dia cium tangannya...

anyir darah tercium
dia pun menangis...
tangisan duka dan bangga

duka karena impian sirna
bangga karena bela tikus kecil itu...
walau bajingan...
mereka saudaraku...
gumamnya di pangkuan khalik.

Negeri Pencari Tuhan

Kapan darah terhenti terkecap pertiwi?
siksaan batin tanpa henti, tanpa arti
di gerus biadab, terus menerus. Harap MATI.
Lagi, Kapan darah terhenti terkecap pertiwi?

Entah setan apa bercinta denganmu mesra
menyetan angkuh dengan pangkat bintang di dada,
hingga lupa Sang Maha, Sang Esa, Sang Rahim,

Kau, dengan uang haram perahan si kecil dan si miskin,
beli kau tanah tumpahan darah rakyat,
bangun bordil berbendera negeri,
puaskan birahi kaum berkantong gemuk.

Ingat lagi, kala kau sumpah Tuhan, tapi setan terbisik dalam
Kala kau sumpah kasih, tapi bejat mewarna diri, kelam.
Kala kau sumpah setia, tapi otak tercium bacin
Hingga laun kini kau duduk di kursi bordil tertinggi negeri

Lagi, Ku tanya, Kapan darah terhenti terkecap pertiwi?
launkan bila engkau tergilas senja?launkan bila negeri terbelah dua?
launkan bila anjing mengucap Tuhan?
Lagi, Ku tanya,  Kapan darah terhenti terkecap pertiwi?

Kau, dia, aku, beliau,siapa yang terselimut sutra putih tak terhitam?
ganti sang musrik pemilik bordil negeri,
jadi ibadah suci penolong pertiwiSiapa?

Siapa kelak sarangkan Tuhan di puncak kekuasaan tertinggi?
kini pengais ilmu kau bunuh dengan muka berduit,
kau bunuh dengan gedung rata tanah, di hempas perut gendutmu
Lagi, siapa kelak sarangkan Tuhan di puncak kekuasaan tertinggi?

ini negeri penuh masa depan, tapi biadab
ini negeri penuh potensial, tapi tak berkasih
ini negeri penuh religi, tapi penuh setan
ini negeri pencari Tuhan.

Rabu, 28 Desember 2011

Inginku Kamu

Inginku kamu,
lemparkan bunga canda ke muka dunia
taburkan manis madu ke mata senja
hilangkan tangis merah di pemakaman surya
selimutkan tawa ke hati hamba.

Ciumku rindu,
Ingin kamu bersatu, hamba raja, dinda ratu
menegak hukum cinta di pelaminan dunia
berjalan seiring decak kagum hamba pada dinda
berjalan seiring mekar cinta hamba pada dinda

Tautkan Lagu,
Lagu hidup bukan cinta, karena kau hidup, bukan cinta
kau penghidup degup jantungku yang fana, rapuh
penghidup jantung mendesir pelan hingga raihan surga
penghidup jantung laun kan napasmu semilir di tengkukku mesra

Mungkin rindu,
rindu akan dinda, bersarang di hati hamba
bersinar di mata, kelu di lidah, nyaman di raga

Diriku rindu,
rindu semilir napasmu,
untaian katamu,
rangkaian tawamu,
nyanyian jantungmu,
sinar matamu,
wangi rambutmu,
inginku kamu, dinda

Kamis, 22 Desember 2011

There is a Rose Grows on Your Face

wide eyes spark on your face,
looking straight aimed the truth of life,
slowly then glimpse of sun brighten, lighten your face
hence, a rose grows on your face

heartbeat drumming in my vein,
when you dropped your stare, when you spilled your words
when your tongue slips twisting around your lips
hence, a rose grows on your face

Candlelight lose, goodbye
knowing your face light us more,
spreading seeds, easing sins
when the sun embrace, a rose grows on your face

stumble, heart of mine
running thin in unstable pace,
seeing a rose grows on your face

odds beaten, kissed away by morning beam,
then you showered, with no shame, nor sad
only bliss, spread with bless
hence, you glow,
hence, prettier,
hence, a rose grows on your face

Tresna Gumantung Lintang


Lungguh ngarep ana ing wengi
ngenteni sekar lintang maha setri
kenya mustika pujaan hati
jur kelingan tresna ing ati
ngawe awe ing pucuk lati

srengenge sare ana ing latar
wulane roso nguntal ngebyar
peteng wengi nannging nyunar
jur kelingan tresna ing ati
ngawe awe ing pucuk lati

Lintang ing mega dawuh hamba
ngaturaken tulus seratan tresna
eling wektu sanes mblenjani hamba
Jur kelingan tresna ing ati
ngawe awe ana ing lati

Tresna ku jih gumantung Lintang
Kukuh bakuh pendem menang
uga aku ksatria serat tresna
nyerat mangsi ing mega amba
jur teguh tresna ing ati
ing sawijining dina bakal tak lati

Inginku

Inginku kamu,
lemparkan bunga canda ke muka dunia
taburkan manis madu ke mata senja
hilangkan tangis merah di pemakaman surya
selimutkan tawa ke hati hamba.

Ciumku rindu,
Ingin kamu bersatu, hamba raja, dinda ratu
menegak hukum cinta di pelaminan dunia
berjalan seiring decak kagum hamba pada dinda
berjalan seiring mekar cinta hamba pada dinda

Tautkan Lagu,
Lagu hidup bukan cinta, karena kau hidup, bukan cinta
kau penghidup degup jantungku yang fana, rapuh
penghidup jantung mendesir pelan hingga raihan surga
penghidup jantung laun kan napasmu semilir di tengkukku mesra

Mungkin rindu,
rindu akan dinda, bersarang di hati hamba
bersinar di mata, kelu di lidah, nyaman di raga

Diriku rindu,
rindu semilir napasmu,
untaian katamu,
rangkaian tawamu,
nyanyian jantungmu,
sinar matamu,
wangi rambutmu,

inginku kamu, dinda





The Race

The life,
in black or white
embrace your hands with lullabies
recall memories of thousand smiles
and hold you in bittersweets sparks of spirits
lead through the deep of the life

The life,
under lovely hands of sacred arch
dip your soul into golden pond of million hopes
build you through the unanswered dreams
and guide you march to the heaven's gate

The life,
swims down the sea of loves
across the beaten obstacles
then stand-fast in front of the finish line
with smile above your chin, fulfill your cheek

The life, the life we live
shall no regrets
shall no teardrops
down our souls
only smiles and laughs drive you through the finish line

Rabu, 21 Desember 2011

Would You ?

Would you punch me on my face?
I want to feel your very fist collides with my face
Don't know why, Don't ask why
I just want to feel you, touch me, perhaps.

Would you crossed your eyebrows?
I want to see it 'till shivering me
Don't know why, Don't ask why
I just want to see your feelings blow, in front of my face, perhaps.

Would you laugh like you did yesterday?
I want to hear it, see it, nay, feel it and keep it
Don't know why, Don't ask why
I just want to see you laugh, bursting joy, perhaps.

What I deem, isn't that much, see it everyday I wished
A punch on my face,
Angry eyes shivered me,
And Joy bursting.
Don't know why, don't ask why,
Perhaps, I just eagerly want to see you, nay. Feel you.

Ganjuran

Kami,
anak manusia
terdiam termenung
manapak jauh raga
menyatu rohani, buang segala prahara
mengendus nasib,
lampau dan kini.

Kami,
Hina pendosa,
menatap Sang Esa, Sang Maha,
tersuci dalam patung Sang Bunda Ayu,Bunda segala bunda
pelan  bawa raga mendekat
ke dalam pangkuan Sang Khalik.

Tetesan embun,
senada nadi, kala tatap candi
simbol kemegahan Sang Adi.

Mega ikhlas mendukung,
langit cerah tanpa mendung,
laun lancar tautkan kidung,
oleh kami, buatMu Agung.

Petikan napas kami ambil,
seraya tetesan tangis,
membukti dosa, busuk, dan hina
kami, anak manusia.

Kami,
anak manusia,
terbuka mata, terbuka hati,
siap jalani hari, dengan tari
menyambut senyuman mentari,
menggelar pagi di pelataran hari.

Kami,
anak manusia,
selama jiwa masih di diri,
kami mengabdi.


for Daniel, Nino, Icha, Dita, Matheus, Kons, and Jesus Christ



*catatan kecil 9-10 December di Ganjuran*