Jumat, 13 November 2015

Ruangan (Gelap, Misteri, dan Ludah)
Hugo S.Prabangkara

Hentakan kaki menjejaki lantai. Ini bukan lantai dansa memang, namun mereka berhias diri menyesaki ruang-ruang aktualisasi diri yang nyata namun fana. Tapi di mataku semua itu palsu, mereka berbaris rapih layaknya sapi yang akan di perah susunya, bukan jadi seperti model nan rupawan yang menjejaki lantai dansa sebuah diskotek ternama.
Bising memang. Pun kaki kaki mereka berderap tak sabar. Ludah-ludah kemudian terlontar karena bualan-bualan mereka. Mereka pun lambat laun membasahi “lumpur” perisai yang teroles di muka-muka bebal mereka. -Mereka saling melempar ludah.-
Satu per satu mereka pun di perah susunya. Terbukti dari tanda secuil kertas tebal berbubuhkan tanggal dan jumlah galon susu yang terperah. Ya, terlihat muka mereka bangga di gerayangi pemerah-pemerah itu. Ya mereka puas.
Laun mataku mengarah ke pemandanngan nan sadis; mereka yang mungil dan lugu pun turut di perah dan di gerayangi. Kenapa?! Kenapa?! Mataku pun perih, namun bagaimanapun juga ini nyata, ini hidup.
Tak lama satu persatu dari merreka dibagi dan digiring ke beberapa ruang gelap dengan lampu layaknya lampu teplok, dari jauh terdengar suara seorang perempuan, mungkin memanggil merreka. Ruangan itu dipenuhi gelap, horor, dan misteri, entah kenapa mereka tetap masuk dengan membusungkan dada dan berdansa kecil.
Pernah dengar aku, kisah. Yang mereka sukar percayai. Kisah dimana ruang gelap itu penuh dusta dan manipulasi. Pernah dengar juga aku ada yg terbakar hidup-hidup. Tapi tetap saja mereka kini mengorbankan diri masuk ke dalam ruangan yang “disakralkan” itu.
Lagi ku pandang gerbang masuk itu, beberapa dari mereka masuk dengan warna-warna yang tak sedap di pandang. Dengan robekan kain menutupi badan mereka. Tak sadar kah mereka di sini dingin sedingin musim hujan di semeru?
Masih dengan kebingungan ku pandang satu persatu. Otak ini pun penuh dengan fakta fakta yang teracun opini yang sudah mulai bertengger di ujung lidah.
"silahkan.." Ujar seorang pemuda tegap berkulit gelap, berkain hitam.
Giliranku telah tiba. Aku pun terpaksa masuk, terdorong penasaran, dan misteri.

Selamat tinggal teman. Aku masuk dalam gelap. -Selamat malam.-