seorang pria muda berjalan di lorong itu, berjalan pelan,
tikus tikus jalanan bergelimpangan
"MATI"
mati seperti kota ini.
lalat berterbangan mencari cari makan
kotor seperti jalan ini.
pria muda berjalan lagi, berjalan lebih cepat, di jalan ini
sesak dada terasa.
memang dia hirup udara mati, udara kesengsaraan, udara ketidak adilan.
sesak pun tak lagi dia runding
dia lari di jalan ini
lari lari dan lari
Pria muda itu pun hanya diam di jalan ini.
tengadah, berharap temu jalan keluar.
tapi mustahil.
surya pun tak menyinari.
dia pun bergumam;
"bajingan macam apa yang tega membuat tempat ini?"
gumam dia,
kemudian muncullah bajingan pertama
terlihat bijak.
Tapi bajingan memang,
di dalam bijak terdapat bau tak sedap menyelimuti nya
dia utarakan kata palsu!
kata palsu yang menutupi coreng moreng hatinya
pria muda itu pun pergi melengos
meninggalkan bajingan pertama itu.
jauh terasa dekat.
ujung jalan tak terlihat.
buyar buyar buyar
dalam buyar
bajingan kedua muncul, dekati Pria muda itu
tapi dia hanya bohong.
coba membawa bawa tuhan,
tapi namanya juga bajingan dia hanya cari muka.
sesat.
korbankan manusia untuk manusia,
sia sia
pria itu pun berlari lebih kencang.
sebelum ujung terlihat bajingan bajingan itu pun datang membawa bajingan ber senjata.
menyeret beberapa tikus keluar dari kandangnya.
merusak kandang itu.
untuk gudang uang bagi bajingan bajingan itu.
mereka bedebah bajingan ! gumam pria muda itu.
para bajingan itu tega memang,
tapi para tikus pantas dapatkan itu.
logika bepikir, tikus itu juga bajingan
dialah yang membuat kota ini mati, dan kotor
Tapi,
para bajingan bersenjata sepertinya belum berkaca,
harusnya mereka tangkap diri mreka sendiri.
hakikat berkata mereka juga salah.
tapi tak ada yang punya kejantanan
untuk menyeret mereka.
karena Pria muda itu merasa bahwa dia juga bajingan.
Bajingan karena tega tinggalkan Kota ini. jalan ini.
akhirnya yang dia sebut bajingan pun melumer dan menjalar ke pangkal hidup nya
dia menjadi para tikus kotor itu.
Pria muda itu pun menangis mendengar kata hatinya yang mengaku.
akhirnya dia berlari menerjang bajingan bersenjata itu.
coba menolong mereka
mereka?
padahal mereka berdosa.
berdosa memang, tapi mereka sama.
kita semua memang bajingan.
tidak ada yang tidak.
walau bawa bawa nama baik dan jujur pasti ada kebusukkan.
walau hati pria muda masih beradu
pria itu tetap terjang mereka.
ambruk...
jatuh tak berdaya.
tubuh sudah memerah,
napas sudah terengah,
dia cium tangannya...
anyir darah tercium
dia pun menangis...
tangisan duka dan bangga
duka karena impian sirna
bangga karena bela tikus kecil itu...
walau bajingan...
mereka saudaraku...
gumamnya di pangkuan khalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar