Ruangan
(Gelap, Misteri, dan Ludah)
Hugo S.Prabangkara
Hugo S.Prabangkara
Hentakan kaki menjejaki lantai. Ini
bukan lantai dansa memang, namun mereka berhias diri menyesaki ruang-ruang
aktualisasi diri yang nyata namun fana. Tapi di mataku semua itu palsu, mereka
berbaris rapih layaknya sapi yang akan di perah susunya, bukan jadi seperti
model nan rupawan yang menjejaki lantai dansa sebuah diskotek ternama.
Bising memang. Pun kaki kaki mereka
berderap tak sabar. Ludah-ludah kemudian terlontar karena bualan-bualan mereka.
Mereka pun lambat laun membasahi “lumpur” perisai yang teroles di muka-muka
bebal mereka. -Mereka saling melempar ludah.-
Satu per satu mereka pun di perah
susunya. Terbukti dari tanda secuil kertas tebal berbubuhkan tanggal dan jumlah
galon susu yang terperah. Ya, terlihat muka mereka bangga di gerayangi
pemerah-pemerah itu. Ya mereka puas.
Laun mataku mengarah ke
pemandanngan nan sadis; mereka yang mungil dan lugu pun turut di perah dan di
gerayangi. Kenapa?! Kenapa?! Mataku pun perih, namun bagaimanapun juga ini
nyata, ini hidup.
Tak lama satu persatu dari merreka
dibagi dan digiring ke beberapa ruang gelap dengan lampu layaknya lampu teplok,
dari jauh terdengar suara seorang perempuan, mungkin memanggil merreka. Ruangan
itu dipenuhi gelap, horor, dan misteri, entah kenapa mereka tetap masuk dengan
membusungkan dada dan berdansa kecil.
Pernah dengar aku, kisah. Yang
mereka sukar percayai. Kisah dimana ruang gelap itu penuh dusta dan manipulasi.
Pernah dengar juga aku ada yg terbakar hidup-hidup. Tapi tetap saja mereka kini
mengorbankan diri masuk ke dalam ruangan yang “disakralkan” itu.
Lagi ku pandang gerbang masuk itu,
beberapa dari mereka masuk dengan warna-warna yang tak sedap di pandang. Dengan
robekan kain menutupi badan mereka. Tak sadar kah mereka di sini dingin
sedingin musim hujan di semeru?
Masih dengan kebingungan ku pandang
satu persatu. Otak ini pun penuh dengan fakta fakta yang teracun opini yang
sudah mulai bertengger di ujung lidah.
"silahkan.." Ujar seorang pemuda tegap
berkulit gelap, berkain hitam.
Giliranku telah tiba. Aku pun
terpaksa masuk, terdorong penasaran, dan misteri.
Selamat tinggal teman. Aku masuk
dalam gelap. -Selamat malam.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar