" Masihkah kau pendam dia?"
Tanya kawan sederajat.
" Entah..."
Jawabku engah -- Napas berat, terbeban jerat--
Sewaktu waktu memang kutemu, namun terlalu dekat tuk ku rayu.
Sewaktu waktu ku jauhi, namun terpatri rindu padanya selalu.
Cinta manis, memang. Tapi kejam jua.
Menusuk dia ke jantung bertubi tak henti,
memakan dia akal sehat laun racuni rindu.
Dia, dia memang kudamba. Tapi api terlampau rekat,
timbulpun ragu meng-amin nekat.
Hingga kini,
coba tengok dara di lain sangkar,
masih saha terguling ke sangkar lama,
ini entah cinta atau siksaan,
bakar ku pelan dengan api gairah,
buatku berteriak gubahan mesra.
Duh dinda,
gadis terdamba di pucuk romansa,
harap ku kau bertengger di sangkar lain,
hingga ku siap menggasak duri
tanpa kehilangan seorang kawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar